Flora adalah seorang gadis pendiam yang mendaftar di sekolah lanjutan Advent di Manado
Flora membaur di dalam kelas-kelas dan kegiatan-kegiatan sekolah, tetapi tampaknya dia tidak bergairah mengenai agama.
Penyataan
Setelah beberapa bulan sekolah berjalan diadakanlah Pekan Doa 10 hari. Pendeta yang memimpin Pekan Doa itu menggunakan waktu berjam-jam untuk memberi nasihat dan bimbingan rohani kepada para siswa. Pada suatu hari pendeta itu melihat nama Flora tertera di dalam daftar para siswa
Flora menyatakan bahwa dia dan keluarganya adalah anggota sebuah gereja
"Sekarang saya sadar bahwa selama dua tahun saya telah menjadi seorang tawanan gereja Setan, tetapi sekarang saya ingin mengikut Yesus," katanya. Tetapi ketika pendeta bertanya apakah dia bersedia untuk baptisan, dia menggelengkan kepala. "Saya tidak mau dibaptiskan!" sahutnya hampir berteriak. "Dua tahun
"Saya datang ke sekolah ini bukan unuk memperoleh gelar, tetapi mempengaruhi para siswa dan guru untuk memasuki gereja Setan. Tetapi upaya itu tidak berhasil. Ganti mempertobatkan mereka, malah saya
Percayailah Dia
Pendeta mendorong semangat Flora. "Engkau tak perlu takut kepada Setan," katanya. "Setanlah yang takut kepada kita." Mereka berdoa bersama-sama. Pesan pendeta pada panggilan terakhir agar dengan iman dia tampil ke depan menyerahkan diri kepada Tuhan. Flora meninggalkan kantor pendeta dan kembali ke kelasnya. Tiba-tiba dia menjadi sakit dan memuntahkan darah. Setan coba menakut-nakutinya. Dia kembali ke kantor pendeta di mana pendeta mendoakannya dan muntahnya berhenti.
Ketika panggilan diadakan pada malam itu, beberapa siswa datang ke depan untuk berdiri bagi Kristus. Flora menangis, berdoa, dan bergumul untuk melangkahkan kakinya menuju ke podium.
Pada hari Sabat pagi semua orang di sekolah itu tahu tentang masa lalu Flora
Pendeta meyakinkannya bahwa Tuhan akan menemplak Setan dan membawa kemuliaan kepada nama-Nya. Dengan gemetar Flora masuk ke air untuk dibaptiskan.
Ketika mereka keluar dari air, pendeta melihat lengannya. Tidak ada penyakit. Tetapi ketika Flora melihat lengannya, dia kaget dan berteriak, "Pendeta, apa ini?" Dia tunjukkan lengannya dan setiap orang melihat. Ada angka merah
Sesudah acara baptisan, para siswa berkumpul mengelilingi Flora untuk melihat tanda
Pengucilan
Orangtua Flora mengetahui baptisannya. Mereka marah dan memaksanya menarik diri dari sekolah Advent. Kemudian keluarga itu pindah ke kota lain, jauh dari teman-teman Kristennya. Tetapi sebelum pergi dia berjanji kepada guru-gurunya di sekolah, "Jangan berhenti mendoakan saya. Saya akan setia kepada Tuhan. Saya percaya kepada kebenaran ini dan saya tidak mau pergi."
Orangtua Flora tidak mengizinkannya pergi ke gereja Advent di kota itu dan pendeta Advent tidak boleh mencari tempat untuk Flora di sana. Tetapi kata-katanya terus mengiang di telinga mereka
Kesaksian ini ditulis oleh Noldy Sakul, sekretaris Uni Indonesia Kawasan Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar