Mesin Pencarian

Sabtu, 10 Januari 2009

Sebuah Pilihan Untuk Menjadi Suami Yang Baik

Pada masa-masa awal pernikahan mereka, seorang pengkhotbah terkenal bernama W.E. Sangster (1900-1960) berkata kepada istrinya, Aku tidak dapat menjadi suami sekaligus menjadi pendeta yang baik. Aku ingin menjadi seorang pendeta yang baik.

Sangster banyak diminta untuk menjadi pengkhotbah dan pengajar. Ia pun sering berpergian meninggalkan keluarganya untuk menjadi pembicara. Ketika berada di rumah, ia jarang mengajak istrinya makan malam atau menikmati hiburan malam. Ia pun tidak membantu pekerjaan di rumah. Putranya memerhatikan kegagalan ini, tetapi tanpa mengurangi rasa hormat kepada ayahnya, ia menulis, "Jika suami yang baik adalah pria yang mengasihi istrinya secara mutlak ... dan mengabdikan diri bagi sesuatu yang lebih besar dari mereka berdua, maka kebaikan ayah saya sebagai seorang pendeta sebenarnya tidak lebih baik daripada kebaikannya sebagai seorang suami."

Sangster memang setia terhadap istrinya. Akan tetapi, saya percaya ia bisa menjadi suami sekaligus pendeta yang baik seandainya ia lebih memerhatikan kebutuhan sang istri daripada jadwalnya yang padat.

Banyak orang yang memangku jabatan penting memiliki banyak tuntutan, yang terkadang tidak terhindarkan. Tetapi apabila seorang suami kristiani sungguh-sungguh memerhatikan perintah Paulus untuk mengasihi istrinya sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat, tentunya ia akan menemukan jalan untuk memberikan diri bagi istrinya, bahkan untuk perkara-perkara yang kecil. Begitulah cara Kristus, teladan kita, mengasihi jemaat-Nya.

JAGALAH PERNIKAHAN ANDA


MAKA ANDA MEMELIHARA JIWA ANDA


Sumber : e-renungan, Sabda/VM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar