Mesin Pencarian

Senin, 05 Januari 2009

Kematian Martir Dan Kematian Kurban

Baru saja saya menyelesaikan nonton film-serial, 10 episode produksi dari Showtime dan HBO yang berjudul Sleeper Cell, menceritakan kelompok-sel yang mempunyai agenda jihad untuk menegakkan kebenaran agamanya. Mereka terdiri dari 5 orang-orang yang gagah berani dan setia kepada agamanya. Kelompok kecil-kecil ini tersebar dibeberapa kota di Amerika Serikat. Mereka adalah kelompok orang-orang yang pintar, cekatan dan menguasai tekhnologi. Dalam film ini juga diceritakan keterlibatan mahasiswa Indonesia berdarah Atjeh yang menguasai bio-technology, yang menandakan bahwa jihad orang Indonesia cukup dikenal di manca-negara.

Kita mengenal istilah "mati syahid", yang menurut pengertian saudara kita dari kalangan Muslim adalah "mati di jalan Allah atau karena Allah, misalnya mati membela agama atau kebenaran hakiki". "Mati syahid" dalam bahasa Inggris adalah 'martyr', berasal dari kata Yunani 'martur' yang berarti "saksi". Disepanjang film diatas mati istilah "mati syahid" sangat sering diucapkan. Disamping itu pula, kita mengenal dari beberapa tulisan di media masa atau opini verbal di televisi dari kalangan muslim, biasanya dari golongan moderat yang menekankan arti jihad secara kaffah, bahwa melawan hawa nafsu diri sendiri adalah jihad terbesar yang sangat berat dan wajib dilakukan umat.

Ada banyak orang yang 'berani mati' bagi agamanya atau bagi tujuan-tujuan tertentu dari golongannya, kita melihat dalam peristiwa 9/11 beberapa orang dengan gagah berani menabrakkan diri ke gedung Pentagon dan WTC. Dr Asahari, Asmar Latin Sani, Misno, Salik Firdaus dkk. juga kita kenal keberanian mereka untuk "mati syahid" demi agenda tertentu di beberapa kasus terorisme di Indonesia ini. Dan mati yang "syahid" ini dilakukan oleh berbagai kalangan, misalnya bom-syahid di Haiva 2004 dilakukan oleh seorang gadis Palestina, Hanadi. April 2001, Wang Wei, seorang pilot pesawat tempur China dengan gagah berani menabrakkan diri pada pesawat mata-mata milik Amerika. Mei 1991, Malli, gadis muda mengenakan sabuk-bom pada tubuhnya untuk 'membunuh' Rajiv Gandhi dan ia mati bersamanya. Belum lagi peristiwa historis lainnya misalnya 'kamikaze' pilot Jepang di Pearl Harbour 1941, mereka semuanya itu melakukannya demi negara, nyawapun mereka persembahkan.

Kematian Yesus di kayu-salib jika disamakan dengan bermacam-macam "mati syahid" seperti diatas, kematianNya tidak terlalu istimewa, dan kemudian orang juga membanding-bandingkan kematian para murid/pengikut Tuhan yang sebagian besar mati sebagai martir. Beberapa contohnya adalah : Petrus mati di Roma disalib dengan kepala di bawah. Andreas, konon memberitakan Injil hingga ke Rusia Selatan dan Balkan, mati disalib dengan salib model "X" di Patras, Yunani. Yakobus bin Zebedeus, saudara Yohanes, mati sebagai martir di era Herodes Agripa I (Kisah Para Rasul 12:2). Matius meninggal dunia, karena disiksa dan dibunuh dengan pedang di Etiopia. Markus meninggal dunia di Alexandria (Mesir), setelah badannya diseret hidup-hidup dengan kuda melalui jalan-jalan yang penuh batu sampai ia menemukan ajalnya. Lukas mati digantung di Yunani, setelah ia berkhotbah di sana kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan. Paulus juga mati sebagai martir, ia dieksekusi mati dibawah pemerintahan Kaisar Nero.

Kematian Yesus bukanlah kematian 'martir' yang bermakna "mati demi mempertahankan kebenaran dan bertahan terhadap pemaksaan dari musuh-musuh Tuhan hingga akhir hayatnya". Seseorang bisa saja menjadi martir "sebagai tanda cinta kepada Tuhan dan kebenaranNya", sehingga ia dibunuh dalam kemartiran dimana Tuhanlah yang menjadi pusat pembaktiannya. Namun kematian Yesus adalah kematian-kurban, dimana seseorang merelakan jiwanya sendiri untuk dikorbankan (masih bisa dihindari , tetapi Ia merelakan) demi kasih yang begitu besar untuk menyelamatkan jiwa-jiwa orang yang dikasihinya. Jenis kematian ini adalah total berlandaskan kasih, dan tidak diselewengkan dengan dalil-dalil manusia yang melekatkan kebencian dan dendam atas nama Tuhan atau 'perjuangan' :

* 1 Korintus 13:3
Dan sekalipun aku membagi-bagikan segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasih, sedikit pun tidak ada faedahnya bagiku.

Yahudi, Kristen dan Islam biasa disebut agama-agama Ibrahimi (abrahamic religions). Agama-agama di dunia lainnya misalnya Hindu dan Buddha juga tergolong dalam agama etika (ethical religion), yakni agama yang mengajarkan ethic, bahwa keselamatan manusia tergantung pada perbuatan baik dan amal salehnya. Ini berbeda dengan Kekristenan. Kristen adalah agama sakramental (sacramen religion) yaitu agama yang mengajarkan bahwa keselamatan itu diperoleh melalui Sang Penebus Dosa. Esensi kematian Yesus di kayu salib sering dipersoalkan oleh kalangan yang tidak mengerti arti kematian Yesus. Yesus merupakan 'anak domba' yang disediakan Allah untuk dikorbankan sebagai pengganti orang berdosa. Melalui kematian-Nya, Yesus memungkinkan penghapusan kesalahan dan kuasa dosa dan membuka jalan kepada Allah bagi seluruh dunia (Yohanes 1:29). Dalam Perjanjian Lama telah dikenal bahwa menurut ajaran Yahudi, perlu darah untuk pengampunan dosa, ini ditegaskan di PB dalam Ibrani 9:22. Oleh karena itu Allah menyediakan tubuh dari daging dan darah dan datang ke dalam dunia sebagai manusia untuk menyelamatkan manusia (Ibrani 10:5). Allah sendiri telah datang ke dalam dunia karena selain dari Dia tidak ada juruselamat (Yesaya 43:11).

* Ibrani 9:22
Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.

* Ibrani 10:5
Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: 'Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki -- tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku.'

* Yesaya 43:11
"Aku, Akulah TUHAN dan tidak ada juruselamat selain dari pada-Ku."

Perbuatan baik tidak memaafkan seseorang dari dosanya. Lukas 18:18-27 menulis ada seorang kaya menganggap 'perbuatan baik dapat menyelamatkan' (beroleh hidup kekal), namun kebenaran yang dijelaskan Alkitab, perbuatan baik tersebut tidak menyelamatkan. Keselamatan hanya dengan darah. Darah itu telah disediakan oleh Yesus Kristus, sehingga kepada setiap orang yang percaya kepadaNya, dia akan diselamatkan.

Di sepanjang Perjanjian Lama, sejak mulanya Allah sudah memberikan gambaran kisah datangnya Tuhan Yesus Kristus sejak kitab Kejadian. Mulai dari analogi 'cawat-kulit' dari tertumpahnya darah binatang, yang kulitnya dipakai untuk menutup aurat Adam. Kemudian analogi 'kurban anak Abraham' yang diganti dengan 'domba yang disediakan Allah'. Peristiwa 'darah paskah' yang membebaskan Israel dari tulah ke 10 pada zaman Musa. Dan nubuat-nubuat para nabi pada Perjanjian Lama akan datangnya Mesias yang memberikan darahNya untuk keselamatan manusia. Perjanjian Lama, walaupun spesifik ditujukan untuk orang-orang Yahudi (Yudaisme), namun Perjanjian Lama tetap merupakan Firman yang sangat berharga bagi umat Kristiani. Dan tidak dipungkiri bahwa Yudaisme ini adalah akar dari Kekristenan. Dan penekanan Kekristenan itu ada dalam Perjanjian Baru. Hal itu amat berharga bagi umat Kristiani. Konsep harga yang harus dibayar terhadap perbuatan dosa, penebusan dosa dengan darah, keselamatan dengan darah (inti pengertian paskah) adalah merupakan hal yang pokok.

Dalam hukum Taurat, hampir segala sesuatu disucikan, dan diampunkan dengan darah (yang dianggap nyawa), dan "tanpa penumpahan darah, tidak ada pengampunan" (Ibrani 9:22). Ini dilakukan lewat domba yang dikorbankan diatas mezbah, berulang-ulang untuk setiap kali pengampunan hingga digenapi oleh Sang Mesias. Datangnya Allah dalam manusia Yesus yang menyediakan 'darah' bagi pengampunan, adalah selaras dengan prinsip Taurat tadi, dan benar Dia sedirilah yang menggenapinya. Hadirnya Yesus ke dunia, mati disalibkan, bangkit dan naik ke Surga dan kedatanganNya yang kedua kali nanti adalah pokok dari iman Kristiani. Yesus dengan gelar Mesias/Kristus, dan sebutan Juruselamat kepadaNya, semuanya bukan hanya sekedar memberikan pengajaran, melainkan justru memerankan fungsi penyelamatan "Allah Juruselamat" (Yesaya 45:21).

Pembuktian kematian Yesus disalib serta kebangkitanNya, tidak terkira kokohNya, internal maupun external. Itu sudah banyak sekali ditulis oleh para ahli tanpa ada sanggahan yang layak. Kematian-kurban memang exist bagi Mesias, dan itu bukan bikinan atau diada-adakan oleh manusia. Ia sungguh telah dijanjikan Tuhan dari Firman yang keluar dari mulutNya dan/atau dari tanganNya sendiri dan diteruskan turun-temurun sejak manusia-pertama!.

Pengertian keselamatan dari Allah ini, memang tidak selaras dengan ketentuan yang berlaku di agama-agama lain, sehingga serangan-serangan yang ditujukan kepada iman Kristiani dengan mempersoalkan kematian Yesus jika dipandang dari kepercayaan mereka yang menganggap keselamatan dari amal-ibadah, tentu saja tidak akan dimengerti ataupun diselaraskan. Dan perbedaan ini sangat prinsip, tidak bisa diperdebatkan. It just different....Rata Penuh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar