Hatiku sedikit lega, ada kegiatan yang membuatku cepat melupakan peristiwa yang menyakitkan itu. Hari berganti hari, aku berkenalan dengan seorang duda yang telah mempunyai 3 anak dan semarga dengan suamiku dulu. Singkat cerita,dia melamarku dan kami menikah secara resmi.
Semangat hidupku bangkit lagi dan kami tinggal bersama dirumah peninggalan suamiku.
Kehidupan rumahtangga kami berjalan normal dan tidak kurang suatu apapun,sebab gajiku masih sanggup menutupi kebutuhan pangan kami.
Sewaktu krisis moneter tahun 1988, suamiku tidak bekerja lagi dan beralih menjadi sopir Mikrolet. Saya sarankan agar dia menjual saja rumah peninggalan orangtuanya untuk dijadikan modal. Saya tidak sanggup menanggung beban sendirian. Dia tidak setuju,dan saat itu dia beralih pekerjaan menjadi sopir angkot. Setelah kejadian itu,dia banyak diam..mungkin stress memikirkan anak-anaknya yang masih butuh biaya sekolah.
Kalau buat makan,biarlah aku tanggung,kataku kepada suamiku,tetapi biaya sekolah putrimu kau cari sendirilah.
Yang membuatku kesal,tabungan anakku Ruth diambilnya semua dengan cara memecah celengannya. Dia tidak mengaku,padahal cuma dia dan putrinya dirumah.
Emosiku meledak,dan segera aku mengusir mereka dari rumah dan aku putuskan menceraikan dia saja. Saya tidak mengizinkan mereka tinggal di rumahku. Suami apaan tuh..tega-teganya mencuri tabungan anakku. Dia minta maaf,tetapi aku tidak mau lagi menerimanya. Silahkan keluar saja dari rumah ini,bentakku.
Setelah kami pisah rumah, saya berkenalan dengan seorang pelaut yang sudah bercerai dengan isterinya. Kami sepakat untuk menikah.
Tapi pihak gereja tidak mau memberkati,bila tidak ada
Dengan berbagai cara, akhirnya dia mau membuat
Ini adalah kisah nyata hidupku sebagai seorang wanita yang disingkirkan, dicemoh oleh keluarga. Ini sudah pilihanku dan sebenarnya batinku tidak tenteram dengan kejadian diatas. Saya lakukan hal demikian, karena aku ingin dapat perlindungan dari seorang suami tetapi malah kebalikannya yang datang.
Suami yang kunikahi justeru membuat masalah,ringan tangan dan suka memukul. Aku salah kaprah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar