Masih dalam seminar ‘The
Ternyata setelah dibuka dan diterbitkan oleh Shrine of The Books, Museum
‘Bereh di El yetamar Elyon’ (Dia akan disebut Putra Allah, mereka menyebutNya Anak dari Yang Maha Tinggi), demikian bunyi kolom 2 naskah Anak Allah tersebut.
Jadi, kaum Eseni
Inilah kali pertama ungkapan Anak Allah ditemukan sebuah teks Palestina di luar Alkitab, kata Bambang mengutip Hershel Shanks, seorang anggota peneliti senior
Teks ini luar biasa pentingnya bagi semua ahli Perjanjian Baru untuk memahami latar belakang term-term dari Injil Lukas, seperti Anak Yang Mahatinggi dan Anak Allah (dan juga ditemukan di sepanjang ayat-ayat Perjanjian Baru).
Sebelumnya, beberapa sarjana menyangka bahwa istilah ‘Anak Allah Yang Mahatinggi’ dan ‘Anak Allah’ berasal dari aslinya berasal dari filsafat Hellenis di luar Palestina dan menentukan perkembangan doktrin Kristen selanjutnya.
Sekarang kita mengetahui, bahwa term-term seperti itu ternyata bagian dari ajaran Kristen asli yang berakar dari lingkungan Yahudi sendiri, demikian tegas Hershel Shanks seperti dikutip Bambang dalam bukunya, The Dead Sea Scrolls: Menggoncang atau Mendukung Kekristenan, yang di launcing dalam seminar tersebut.
Teks-teks mesianis
Bambang dengan berapi-api dan lancar, juga mengutip teks Ibrani dari naskah gua 1, nomor 2 kolom 12, untuk membuktikan bahwa pengharapan mesianik Qumran mengakui konsep keilahian Sang Mesiah (the concept of Divinely beggoten Messiah), yang akhirnya ditekankan Yohanes sebagai Mukadimah Injil yang ditulisnya (Yoh 1: 1-18).
‘Sesuai dengan rencana Ilahi untuk orang kemasyuranNya. Supaya dikumpulkan mereka dalam kumpulan jemaah Tuhan, ketika Allah melahirkan Sang Mesiah (‘fim yolid ‘eEl et ha Mashiah) bagi mereka’, demikian Bambang membacakan teks
Bernuansa Polemik
Perlu diketahui, bahwa sejak penemuannya yang pertama tahun 1947 hingga tahun 1990-an, baru 80% bahan Qumran yang diterbitkan, dan 20% belum diterbitkan untuk umum.
Banyak hambatan dari faktor teknis, namun telah melahirkan tuduhan bahwa seolah-olah Vatikan turut menyensor naskah karena dikhawatirkan akan mengganggu klaim keunikan Iman Kristen.
Tuduhan ini antara lain disuarakan oleh penulis sensasional Michael Baigent dan Richard Leight, The Dead Sea Scrolls Deception (1991). Keduanya juga mengarang buku sensasional lain, Hoy Blood Holy Grail, yang mengatakan bahwa Yesus telah menikah dengan
Dalam penelitian awal
Karena itu, tegas Bambang yang meneliti naskah-naskah Qumran sejah tahun 1995 itu, tuduhan pemalsuan Kitab Suci adalah dongeng, dan bukan fakta sejarah yang didasarkan atas evidensi penelitian manuskrip.
Bambang juga menjelaskan, bahwa penemuan
‘Apalagi buku ini, tantangan dari Gua Qumran, karangan M. Hasyem, lha wong memasang foto manuskrip saja, huruf-huruf Ibraninya terbalik,’ kelakarnya pula dalam logat Jawanya yang medok.
‘Abbad mahmud al-Aqqad dalam bukunya ‘Aqariyyat al-Masih, yang pertama kali diterbitkan di Mesir tahun 1953, menyebutkan penemuan
Dalam bukunya yang sangat simpatik ini, ‘Aqqat menyebutkan bahwa penemuan
Sayangnya, sampai sekrang buku-buku polemik Islam yang mengutip penemuan laut mati sebagai ‘palu godam’ untuk menghantam integritas kekristenan masih banyak beredar.
Tidak ada upaya sedikitpun dari mereka untuk merevisinya, karena konklusi beberap penulis. Tetapi syukurlah tulisan-tulisan itu tidak berasal dari para ahli, sehingga biasanya dianggap sebagai ‘angin lalu saja’
Para peneliti
Tidak ada komentar:
Posting Komentar